TANTRUM - Henti jantung mendadak atau sudden cardiac arrest adalah kondisi ketika jantung berhenti berdetak secara tiba-tiba. Kondisi ini menyebabkan penderitanya hilang kesadaran dan bahkan berhenti bernapas.
Henti jantung mendadak terjadi akibat gangguan pada listrik jantung sehingga jantung berhenti memompa darah ke seluruh tubuh.
Kondisi ini dapat menyebabkan kerusakan otak permanen sampai kematian. Penderita perlu diberikan pertolongan pertama berupa CPR dan kejut jantung, agar tidak terserang komplikasi.
Kata dr. Pittara di laman Alo Dokter, dilansir Minggu, 30 Oktober 2022, henti jantung mendadak berbeda dengan serangan jantung. Serangan jantung terjadi karena penyumbatan pembuluh darah.
Baca Juga:149 Tewas dan 78 Orang Luka di Pesta Haloween Itaewon
Sementara henti jantung mendadak disebabkan oleh ventrikel fibrilasi. Namun, ventrikel fibrilasi juga dapat disebabkan oleh serangan jantung.
Ventrikel fibrilasi merupakan salah satu jenis gangguan irama jantung (aritmia). Kondisi ini ditandai dengan ventrikel (bilik) jantung yang hanya bergetar, bukan berdenyut untuk memompa darah.
Akibatnya, pasokan darah yang membawa oksigen dan nutrisi ke organ-organ tubuh akan terhenti. Henti jantung mendadak dapat dialami oleh siapa saja.
Namun, kondisi ini lebih berisiko pada orang yang memiliki riwayat penyakit jantung berupa:
- Penyakit jantung koroner
Baca Juga:Nyawa Orang Taruhannya! Jangan Asal Lakukan CPR, Begini Caranya
- Penyakit otot jantung (kardiomiopati)
- Gangguan katup jantung
- Penyakit jantung bawaan
- Sindrom Marfan
- Torsade de pointes
Selain pada penderita penyakit jantung, faktor-faktor yang meningkatkan risiko terjadinya henti jantung mendadak adalah:
- Kebiasaan merokok
- Obesitas dan obesitas morbid
- Diabetes
- Sleep apnea
- Gagal ginjal kronis
- Tekanan darah tinggi (hipertensi)
- Kadar kolesterol tinggi
- Wolf Parkinson White syndrome
- Ketidakseimbangan kadar kalium dan magnesium dalam darah
- Penggunaan NAPZA, seperti kokain atau amfetamin
- Riwayat penyakit jantung atau henti jantung mendadak dalam keluarga
- Jarang berolahraga dan tidak aktif bergerak
Henti jantung mendadak merupakan kondisi yang terjadi secara tiba-tiba. Pada umumnya, gejala utama henti jantung mendadak adalah pingsan.
Namun, sebagian penderita henti jantung mendadak dapat mengalami gejala awal berupa:
- Pusing
- Lemas
- Nyeri dada
- Sesak napas
- Jantung berdebar
Kapan harus ke dokter
Henti jantung mendadak merupakan kondisi darurat yang harus segera ditangani. Jika Anda melihat seseorang yang tidak sadarkan diri dan tidak bernapas dengan normal, segera periksa denyut jantungnya dan hubungi ambulans atau rumah sakit terdekat.
Sambil menunggu datangnya pertolongan medis, lakukan juga penanganan darurat berupa CPR. Gunakan juga alat automated external defibrillator (AED) bila tersedia.
Gejala henti jantung mendadak terjadi secara cepat dan tanpa disadari. Meskipun demikian, gejala-gejala awal biasanya dapat dirasakan penderita beberapa hari sebelumnya.
Oleh sebab itu, segera lakukan pemeriksaan ke dokter bila mengalami gejala seperti di atas, terutama bila memiliki riwayat penyakit jantung.
Pada saat tiba di rumah sakit, dokter akan memeriksa denyut jantung pasien. Dokter juga akan memasang monitor untuk memeriksa irama jantung.
Selanjutnya, dokter akan melakukan penanganan sampai kondisi pasien stabil atau jantungnya kembali berdetak.
Jika kondisi pasien sudah stabil, dokter akan melakukan pemeriksaan lanjutan untuk mendiagnosis penyebab atau faktor pemicu terjadinya henti jantung mendadak. Pemeriksaan tersebut dapat meliputi:
- Tes darah
Tes darah dilakukan untuk memeriksa kadar kalium, magnesium, atau hormon tertentu yang memengaruhi fungsi jantung.
Tes darah juga dapat dilakukan untuk mendeteksi cedera atau riwayat serangan jantung pada penderita henti jantung mendadak.
- Foto Rontgen dada
Foto Rontgen dada dilakukan untuk memeriksa ukuran dan struktur jantung serta pembuluh darah jantung. Melalui pemeriksaan ini, dokter juga dapat mendeteksi apakah pasien mengalami gagal jantung.
- Ekokardiografi
Ekokardiografi atau USG jantung bertujuan untuk mengidentifikasi kerusakan pada jantung.
- Kateterisasi jantung
Dalam kateterisasi jantung, dokter akan menyuntikkan zat pewarna khusus pada pembuluh darah yang menuju jantung. Pemeriksaan ini bertujuan untuk mendeteksi sumbatan pada pembuluh darah.