TANTRUM - Selama penerapan kebijakan bekerja dari rumah atau work from home (WFH) saat pandemi COVID-19, tak sedikit pekerja mengalami gangguan kesehatan.
Salah satu masalah kesehatan yang kerap dikeluhkan adalah musculoskelatal atau nyeri otot. Adapun penurunan aktivitas fisik dan peningkatan beban psikologis pekerja selama WFH merupakan dua penyebab gangguan kesehatan tersebut.
Saat aktivitas fisik berkurang, massa otot akan menurun. Ketika tiba-tiba melakukan aktivitas berat, otot pun bakal terasa nyeri karena harus bekerja lebih keras dari biasanya.
Begitu pula dengan stres yang dialami pekerja dapat menyebabkan hiperstimulasi. Hal ini bisa membuat otot menjadi tegang dan kencang.
Baca Juga:Wajah Baru TMII Sambut KTT G20
Dosen Program Studi Fisioterapi Fakultas Ilmu Kesehatan UPN Veteran Jakarta Condrowati dalam penelitian bertajuk "Musculoskeletal Disorder of Workers During Work from Home on COVID-19 Pandemic: A Descriptive Study" (2020) menemukan bahwa 66,3 persen pekerja kantoran di Indonesia mengalami gangguan otot dan sendi selama WFH.
Meski kasus COVID-19 saat ini kian landai dan sebagian besar karyawan sudah kembali bekerja dari kantor, gangguan kesehatan tersebut masih mengintai.
Bahkan, dampaknya bisa mengganggu aktivitas sehari-hari dan menurunkan produktivitas kerja. Lantas, apa sebetulnya gangguan nyeri otot dan sendi tersebut? Apa saja penyebab, gejala, faktor risiko, diagnosis, dan cara pengobatannya? Simak ulasan berikut.
Untuk diketahui, gangguan musculoskeletal adalah kondisi yang dapat memengaruhi otot, tulang, dan sendi. Adapun tingkat keparahan gangguan yang dialami dapat berbeda-beda pada setiap orang.
Pada beberapa kasus, kondisi tersebut menyebabkan rasa sakit dan ketidaknyamanan sehingga dapat mengganggu aktivitas.
Baca Juga:11 Daerah di Jawa Barat Berpotensi Turun Hujan
Dilansir dari Healthline, Senin (17/10/2022), gangguan musculoskeletal terjadi ketika seseorang salah dalam menggunakan sekelompok otot atau tulang dalam jangka waktu lama.
Gangguan ini juga dapat timbul bila otot digunakan terlalu sering. Adapun gangguan tersebut disebabkan oleh sejumlah hal.
Salah satunya adalah aktivitas yang bersifat paksaan. Sebagai contoh, menggunakan kekuatan untuk mengangkat, menarik, membawa, atau mendorong benda berat.
Penyebab berikutnya adalah aktivitas yang bersifat pengulangan dengan menggunakan otot atau sendi yang sama.
Postur membungkuk atau memutar tubuh dalam waktu lama juga berisiko menimbulkan gangguan musculoskeletal.
Begitu pula tingkat aktivitas yang tinggi pada seseorang dapat memicu masalah tersebut. Penggunaan otot berlebihan atau duduk terlalu lama saat WFH bisa memicu nyeri otot.
Adapun faktor risiko yang berpotensi menyebabkan gangguan tersebut adalah usia. Orang lanjut usia (lansia) mengalami nyeri otot akibat sel-sel tubuh yang perlahan rusak.
Diagnosis dan upaya pencegahan Bila mengalami gangguan tersebut, seperti tanda-tanda nyeri atau tubuh terasa tak nyaman, Anda bisa segera menemui dokter.
Dokter akan melakukan sejumlah pemeriksaan. Pertama, pemeriksaan fisik, seperti rasa nyeri, kemerahan, pembengkakan, dan kelemahan otot.
Kedua, menguji gerakan refleks. Adapun refleks yang tak biasa dapat mengindikasikan adanya kerusakan saraf.
Ketiga, melakukan tes pencitraan, seperti sinar-X dan magnetic resonance imaging (MRI) guna memeriksa jaringan lunak dan tulang.
Terakhir, tes darah untuk memeriksa adanya penyakit rematik. Pada dasarnya gangguan musculoskeletal dapat dicegah dengan melakukan beberapa hal, yakni tidak duduk dalam waktu lama, duduk pada kursi dengan bantalan empuk, mengatur meja kerja secara efektif dan ergonomis, serta meletakkan benda-benda dalam jangkauan yang mudah diraih.
Upaya pencegahan berikutnya adalah membatasi mengangkat benda berat, istirahat secara berkala saat melakukan kegiatan yang berulang, dan juga menggunakan earphone bila seseorang sering melakukan panggilan telepon.
Atasi gangguan musculoskeletal Ketika seseorang mengalami gangguan nyeri otot, langkah umum yang biasa dilakukan adalah mengonsumsi obat analgesik atau pereda nyeri sebagai pertolongan pertama.
Akan tetapi, konsumsi obat tersebut secara kontinyu bisa menimbulkan efek samping di kemudian hari. Di sisi lain, tak semua orang cocok mengonsumsi obat analgesik karena alergi obat dengan kandungan tertentu.
Dengan demikian, upaya penyembuhan gangguan nyeri otot menjadi lebih lama dan tak efisien. Selain konsumsi obat analgesik, ada metode lain yang lebih mudah dan praktis digunakan untuk mengatasi rasa nyeri otot dan sendi, yaitu alat transcutaneous nerve stimulation (TENS).
TENS dari OMRON merupakan pertolongan pertama yang mudah digunakan untuk mengatasi dan menghilangkan nyeri otot dan sendi tanpa obat.
TENS adalah perangkat pertama yang memanfaatkan mekanisme alami tubuh secara efektif untuk memblokir sinyal penyebab rasa sakit.
source: Kompas.com