TANTRUM - Konon kebiasaan melepas sepatu hendak masuk ke rumah di Jepang sudah ada sejak sekitar 2.000 tahun yang lalu.
Itu terbukti dari ada gulungan gambar dari periode Heian (794–1185) yang menunjukkan bangsawan menerapkan kebiasaan tersebut di rumah mereka.
Karena musim panas di Jepang lembab dan panas, lantai rumah tradisional agak dinaikkan sedikit dari tanah untuk mencegah kelembapan dan memungkinkan angin sejuk lewat di bawahnya.
Di pintu masuk, orang melepas sepatu di tataki permukaan tanah sebelum masuk ke dalam rumah.
Baca Juga:Inggris akan Luncurkan Vaksin Covid-19 Baru, Ini Efek Sampingnya!
Karena orang-orang duduk tepat di atas tatami atau lantai, tumbuh kebiasaan melepas alas kaki yang kotor sebelum masuk ke dalam ruangan.
Tatami juga menjadi tempat meletakkan futon untuk tidur, jadi sandal pun tidak dipakai di atas tatami.
Sosiolog Nakane Chie dilansir dari Nippon.com, telah menekankan pentingnya uchi (di dalam) dan soto (di luar) sebagai cara untuk membatasi ruang-ruang terpisah dalam budaya Jepang.
Bagian dalam rumah dipandang sebagai ruang yang bersih, dibandingkan dengan dunia luar yang kotor, dan aula masuk adalah pembatas.
Sepatu dilepas untuk mencegah unsur-unsur najis atau kotor masuk dan dikenakan untuk memberikan perlindungan terhadap hal yang sama saat keluar.
Baca Juga:Peran Penting Penyelamat di Pantai Kuta, Awasi Wisatawan Hingga Ritual Nganyut Abu Mayat
Dicuplik dari Japanese Station, Sabtu, 20 Agustus 2022, dahulu Jepang menutup diri dari orang dan budaya asing selama lebih dari dua abad.
Namun sesaat setelah dibentuknya perjanjian dengan Amerika Serikat tahun 1854, Jepang kedatangan banyak pengunjung dari Barat.
Orang Jepang terbiasa melepas sandal zori atau geta sebelum masuk ke dalam ruangan, namun sebagian besar pendatang dari Barat tidak melakukannya.
Karena hanya ada sedikit hotel bergaya Barat pada saat itu, para pelancong menginap di penginapan dan kuil bergaya Jepang.
Masalah timbul karena mereka masuk dengan sepatu yang masih terpasang, mengakibatkan kerusakan pada tatami.
Penduduk asing di Yokohama lalu memesan 'sandal' pertama Jepang dari pengrajin Tokyo Tokuno Risabur, meskipun sandal tersebut sebenarnya dipakai di atas sepatu.
Seperti sandal yang digunakan saat ini, bentuknya terbuka di bagian tumit dan bagian kiri dan kanan memiliki bentuk yang identik.
Dari sekitar 1950-an, ketika kehidupan orang Jepang menjadi lebih beradaptasi dengan barat, ruang makan dengan lantai kayu menjadi lebih umum dan para produsen mendorong penggunaan sandal di dalam ruangan.
Di Jepang, sepatu dilepas di pintu masuk onsen maupun sento (pemandian umum), kuil dan restoran yang pengunjungnya duduk di lantai. Jadi, tidak aneh kalau para pebisnis bernegosiasi dengan setelan jas dan sandal.
Tamu ryokan (penginapan tradisional) di Jepang umumnya diminta untuk melepas sepatu mereka.
Setelah meletakkannya di lemari sepatu atau lantai, para tamu akan mengenakan sandal khusus untuk di dalam ruangan, bahkan ada juga sandal khusus untuk digunakan di toilet.
Di hotel bergaya Barat, biasanya tamu dapat memasuki kamar dengan mengenakan sepatu, tetapi sandal juga tersedia.