TANTRUM - Permafrost atau es kutub di Greenland yang kian mencair disebut tak cuma menumpahkan air ke laut, tapi juga virus-virus yang selama ini terpenjara.
Baru-baru ini, pemanasan global menyebabkan es di Greenland mencair dan mengalirkan 6 miliar ton air per hari ke laut lepas.
Selain dampak pada lingkungan, es yang mencair ini berpotensi melepas virus dan mikroba yang sebelumnya terperangkap di es.
Apakah virus ini bernasib sama dengan Captain America? Dalam versi filmnya, Captain America terpaksa menceburkan pesawat di lautan es di Greenland demi mencegah ledakan dahsyat bom pada 1945.
Ia ditemukan membeku dalam es Arktik pada 2011. Meski terperangkap Selama 66 tahun dalam bongkahan es, Steve Rogers bisa kembali hidup.
Baca Juga:Habib Rizieq Belum Tentukan Pilihan Jelang Pilpres 2024
Profesor Geofisika di Universitas Alaska Fairbanks dan ahli lapisan es Vladimir Romanovsky menyebut hal pertama yang perlu dipahami adalah mikroba misterius membeku di daratan bukan di lapisan es kutub.
Sementara itu, lapisan es kutub mengandung gas rumah kaca CO2 dan metana yang sangat besar.
Sehingga, jika es mencair maka gas ini akan keluar dan dapat menyebabkan perubahan iklim tak terkendali.
"Permafrost sudah mencair dari atas ke bawah di banyak wilayah," kata Romanovsky.
Menurutnya, meski lapisan es di bawah tanah tetap beku sepanjang tahun, sebagian besar lapisan es bagian atas mengalami pergeseran karena mencair.
Baca Juga:KKHI Madinah Gelar Medical Check-up untuk Pantau Kesehatan Jemaah
"Kami mengamati di bagian paling utara Arktik Kanada, di mana suhu permafrost masih sekitar -14 derajat Celcius, sudah mencair dari atas. Itu berarti bagian dari materi yang telah dibekukan selama ribuan tahun tidak lagi beku," katanya, seperti dikutip Unearthed Greenpeace diberitakan CNN, Minggu, 24 Juli 2022.
"Itu perkembangan baru-baru ini, hanya dalam 10 atau 20 tahun terakhir," imbuhnya.
Suhu yang meningkat dengan cepat di wilayah tersebut akan menambah lapisan aktif permafrost sedikit demi sedikit. Lapisan es ini disebut aktif karena selama musim panas berbentuk air, bukan es.
Meski begitu, permafrost tidak perlu sepenuhnya mencair untuk membuat mikroorganisme yang membeku di daratan terbebas dari penjara es.
Lapisan aktif yang semakin besar dan aktif lebih lama menjadi habitat baru ketika peningkatan jumlah air yang tidak beku cukup untuk mengaktifkan beberapa proses biologis.
Faktanya, mikroba atau virus yang terbangun dari tidur panjang dapat mengambil kesempatan untuk bergerak ke arah talik, lapisan di atas permafrost yang jarang membeku.
Virolog dari Universitas Aix-Marseille Jean Michel Claverie dan juga istrinya, Chantal Abergel, menyebut virus kuno yang terperangkap di permafrost dapat bertahan dan hidup kembali.
"Gagasan bahwa bakteri dapat bertahan sangat lama saya pikir pasti diterima. Perdebatan yang tersisa adalah berapa lama? Apakah itu satu juta tahun? 500 ribu tahun? Apakah itu 50 ribu tahun?" kata Claverie.
Claverie dan istrinya kemudian menggunakan DNA virus yang diambil dari lapisan es di sekitar Sungai Kolyma di Siberia timur laut dan menginfeksi amuba untuk mengetahui apakah virus ini masih berfungsi sebagaimana mestinya.
"Ini adalah bukti prinsip yang kami jalankan di lab. Kami dapat menghidupkan kembali virus dari sampel permafrost kuno. Sejauh ini kita belum bisa mencapai 30 ribu tahun, tetapi mungkin akan datang di beberapa titik," tutur Abergel.
Meski demikian, masih banyak hal yang belum diketahui soal virus dan mikroba yang terperangkap di lingkungan ekstrem seperti es kutub.
Dilansir dari Forbes, dalam skenario terburuk, es yang mencair dapat mengeluarkan penyakit-penyakit yang berbahaya ke lingkungan sekitarnya.
Pasalnya, para peneliti telah menemukan cacar yang masih utuh dan virus flu Spanyol dalam sampel jaringan beku berusia 100 tahun.
Kemudian wabah antraks di Siberia lima tahun lalu juga diyakini sebagai hasil dari patogen yang diawetkan dalam bangkai rusa.