TANTRUM - Layanan penanganan usaha bunuh diri harus dimiliki oleh Kota Bandung, Jawa Barat. Penyebabnya adalah kerap kali terdapat usaha percobaan serupa setiap tahunnya.
Berdasarkan data dari Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Kejiwaan Indonesia Daerah Jawa Barat, bahkan terdapat kejadian bunh diri secara beruntun pada tahun 2017.
Kejadian pertama pada Senin, 24 Juli 2017 di apartemen Gateaway, Cicadas, dua perempuan yang masih satu keluarga melompat dari lantai 5 berakibat meninggal dunia.
Sedangkan pada 27 Juli 2017 seorang pria, melompat dari flyover Pasupati yang berakibat luka - luka, namun usai dirawat di rumah sakit dinyatakan meninggal dunia.
Menurut anggota Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Kejiwaan Indonesia Daerah Jawa Barat Teddy Hidayat, maraknya kasus bunuh diri yang terjadi dalam waktu berdekatan dianggap sebagai kondisi darurat.
"Harusnya Kota Bandung ini ada yang namanya suicide prevention center atau pusat pencegahan usaha bunuh diri. Pusat seperti ini sampai hari ini, juga belum kelihatan meski ada beberapa LSM melakukan itu tapi jangkauannya terbatas," ujar Teddy Hidayat ditulis Bandung, Minggu, 22 Mei 2022.
Teddy Hidayat mengatakan keberadaan pusat pencegahan usaha bunuh diri keberadaannya dianggap penting. Karena dapat melayani konsultasi seseorang yang berencana bunuh diri karena depresi.
Teddy menjelaskan jika orang yang terkena depresi sudah menceritakan keinginan dan masalahnya, maka resiko melakukan bunuh diri pun akan menurun.
"Jadi yang penting biasanya kalau kita bisa komunikasi dengan orang itu. Dengan upaya komunikasi itulah mengajak para korban ini untuk tidak melakukan tindakan itu (bunuh diri)," kata Teddy.
Untuk menekan percobaan bunuh diri di Kota Bandung, perkumpulannya bersama Palang Merah Indonesia dan LSM tengah merancang sistem pelayanan penanganan usaha bunuh diri.
Teknis pelaksanaannya dilapangan dilakukan sepenuhnya oleh PMI. Layanan tersebut dilengkapi juga dengan call center 119 seperti layanan kesehatan oleh Dinas kesehatan.
"Jika terjadi situasi emergency seperti itu (percobaan bunuh diri), sekitar 10 menit orang kita sudah datang ke lokasi," tambah Teddy.
Dipilihnya PMI untuk menangani langsung kejadian percobaan bunuh diri, karena dianggap telah memiliki kompetensi. Tetapi bisa juga dilakukan oleh petugas polisi yang selama ini kerap kali datang awal di lokasi kejadian.
Sayangnya, belum diketahui kompetensi kepolisian dalam menangani atau bernegosiasi dengan orang - orang yang depresi atau psikotic.
"Mereka kan kan engga pernah dilatih. Polisi itu tugas globalnya nangkep penjahat tapi nanganin yang depresi atau psikotik barangkali perlu pelatihan lagi," jelas Teddy.
Lokasi ketinggian merupakan akses termudah bagi seseorang yang dilanda depresi berat dan pasien psikotik untuk melakukan hal tersebut.
Teddy mengungkapkan bunuh diri paling banyak dilakukan adalah dengan gantung diri atau dengan minum cairan beracun.
"Tapi sebenarnya cara bunuh diri itu lebih ditentukan oleh dengan mudahnya akses untuk mendukung hal tersebut," ungkap Teddy.
Teddy mengatakan istilah terjun dengan ketinggian, sangat memudahkan pelaku percobaan bunuh diri. Apalagi kata Teddy yang tinggal di apartemen akan lebih mudah dilakukan saat memiliki ide bunuh diri.
Teddy menjelaskan agar usaha bunuh diri itu tidak terlaksana, seseorang yang memiliki resiko gangguan kejiwaan sebaiknya tidak tinggal di tempat yang tinggi.
"Kan loncat dari ketinggian itu kan paling gampang," tukas Teddy.
Dia menambahkan dari 40 persen pasien depresi, mempunyai ide bunuh diri dan 15 persen diantaranya berhasil melakukannya.
Berdasarkan data yang dimiliki perkumpulannya di Indonesia setiap tiga menit, satu orang bunuh diri. Sehingga dalam satu hari terdapat 5.500 orang yang melakukan hal serupa.
"Dalam setahun angkanya mencapai 1,5 juta orang," sebut Teddy.